Menjadi pemimpin, Indah atau Musibah?

Oleh: Salwa Nabila Putri

Rasanya, menjadi seseorang yang dipercaya itu adalah impian semua orang. Kepercayaan atau bisa disebut juga amanah biasanya disangkut pautkan dengan sebuah jabatan seperti menjadi seorang Pemimpin atau menjadi orang nomor satu. Misalnya dalam sebuah kelas menjadi seorang KM, lalu didalam sebuah organisasi kamu terpilih menjadi ketua osis, ataupun diluar sekolah contoh menjadi ketua RT,RW dan mungkin yang paling tinggi menjadi seorang Presiden.

Lalu bagaimanakah kita menanggapi hal tersebut? Suatu saat kamu terpilih menjadi ketua osis, apa yang akan kamu katakan? Alhamdulillah atau mungkin Innalillahi?

Kebiasaan masyarakat Indonesia apabila mendapatkan tawaran amanah atau ketika sudah mendapatkan amanah, hati kecilnya tentu akan berkata kira-kira seperti ini:

-          Alhamdulillah ya Allah, akhirnya aku bisa mendapatkan jabatan ini

-          Alhamdulillah, semua memilihku

-          Alhamdulillah ya Allah, semoga aku bisa menjalankan amanah ini dengan baik

Kebanyakan akan mengatakan ‘Alhamdulillah’ dan untuk seterusnya saya yakin jawabannya berbeda-beda. Jawaban-jawaban diatas hanya sedikit untuk mewakili kondisi seseorang saat dibebankan sebuah amanah.

Namun, perlu sobat Mishbi ketahui adapun orang-orang yang dibebankan sebuah amanah akan beranggapan bahwa amanah itu adalah sebuah musibah sehingga menjawab dengan lafadz ‘Innalillahi’. Umumnya masyarakat Indonesia sendiri, lafadz tersebut biasa diucapkan manakala mendengar kabar buruk atu berita duka.

Bisa sobat Mishbi semua lihat, Allah berfirman dalam QS al-An’am ayat 165:

وَهُوَ الذى جَعَلَكُمْ خلائف الأرض وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ درجات لِيَبْلُوَكُمْ  فِي مَآ ءاتاكم إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ العقاب وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيم

 “Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagi khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman, dan sungguh Dia Maha pengampun, Maha Penyayang.”

Allah SWT telah menjadikan manusia semua sebagai Khalifah (pemimpin) bagi diri manusia sendiri, bedanya ada sebagian manusia yang lebih tinggi derajatnya dan itu semua untuk menguji manusia atas apa yang telah dikaruniakan oleh Sang Pencipta.

Pada ayat diatas terdapat kata menguji atau bisa kita sebut ujian, biasanya ujian dan musibah itu berdampingan. Dan sebagai masyarakata yang beragama Islam sepatutnya saat kita tertimpa musibah kita mengucapkan ‘innalillahi wa innaa ilai raaji’uun’. Maka dari itu, saat beban amanah itu menimpa kamu, maka berlindunglah dengan kaliamt ini yang mencakup seluruh kebaikan dan keberkahan maka hati mu akan tenang, jiwa akan tentram, pikiran akan damai, dan Allah akan mengganti musibah ini dengan kebaikan. InsyaAllah J J

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Menjadi pemimpin, Indah atau Musibah?"

Posting Komentar